Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

 


Resume Ke- 15  Gelombang 20

Hari, Tanggal            : Jumat, 13 Agustus 2021

Judul                          : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber             : Susanto, S.Pd

Moderator                : Maesaroh

Siapkan semangat, singsingkan lengan bajunya, gerakan jemarinya serta tuangkan ide- ide menariknya. Menulislah untuk me- merdeka kan pikiran, se- merdeka nya 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan. Demikianlah kata pembuka dari moderator yang cantik sekaligus sang Blogger Millenial, dengan mengucapkan selamat malam kepada seluruh bapak/ ibu pegiat Literasi. Sebelum memulai kegiatan, bunda Mae sedikit bercerita mengapa ia harus meninggalkan dunia maya selama 2 minggu. Ia harus mengurus kedua orang tua yang sedang tertimpa sakit. Dan menurutnya, keadaan ini membelenggu pikirannya karena hampir sebulan sakit kedua orang tuanya tak kunjung sembuh. Ia berharap dengan bercerita, mungkin ada yang akan mendoakan kedua orang tuanya. Dengan kerinduan yang tertata rapi untuk bertemu bapak/ ibu, sehingga ia memberanikan diri untuk memandu acara pada malam hari ini.

Tindakan kreatif dalam menulis adalah menumpahkan ide- ide baru dalam menciptakan makna tulisan yang mudah dimengerti pembaca. Terkadang, sebuah tulisan akan menimbulkan kekeliruan makna apabila tidak ditulis dengan teliti dan cermat. Maka dari itu, sebelum mempublikasikan tulisan, ada hal yang harus diperhatikan yaitu melakukan Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan.

Malam ini, bunda Mae akan bersama seorang Narasumber hebat bernama Susanto, S.Pd  atau biasa disapa dengan sebutan Pak D Susanto. Beliau akan memandu bagaimana tulisan bisa terpublikasi dengan baik tanpa ada kesalahan dalam menulis atau dikenal dengan istilah “ Typo,” kesalahan ejaan atau pun tanda baca. Pak D Susanto adalah seorang Guru Kelas SDN Mardiharjo, Kabpaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, yang dilahirkan di Gombong  Kebumen, 29 Juni 1971. Menurut bunda Maesaroh, sarjana S1 PGSD ini sangat mahir dalam editing sehingga kemahiran tersebut mengantarkan beliau menjadi seorang editor pada komunitas pelatihan menulis asuhan Om Jay.

Kemudian moderator membagi kuliah ini dalam 4 segmen, yaitu :

  1. Pembukaan
  2. Penjabaran materi ( 19.00-20.00)
  3. Sesi Tanya Jawab ( 20.00-21.00)
  4. Penutup ( 21.00- selesai)

Sebelum kuliah dimulai, bunda Maesaroh memperkenalkan sang Narasumber lewat CV beliau. Setelah itu, sang moderator mempersilahkan Pak D Susanto untuk menyampaikan materinya. Pak D Susanto mengucapkan terima kasih kepada Om Jay dan moderator, Bunda Maesaroh, sekaligus mohon izin untuk bergabung bersama Bapak / Ibu yang ada dalam kelas menulis Gelombang 19 & 20. Ia mengingatkan kembali peserta tentang materi sebelumnya, yang disampaikan oleh Pak “ Mazmo” Sudomo, banyak dikutip sebagian besar peserta yang mengumpulkan tulisan resume pelatihan:

Swasunting, dilakukan setelah selesai menulis, jangan menyunting sambil menulis, focus penyuntingan pada kesalahan penulisan, ejaan, kata baku, aturan penulisan, dan logika cerita. Selain itu harus kejam pada tulisan sendiri. Terakhir adalah berpegangan pada KBBI dan PUEBI.

Topik yang akan dibahas malam ini adalah “ Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan”. Ia yakin, banyak diantara peserta ada yang sudah menjadi  Proofreader atau bahkan editor pada penerbitan. Oleh karena itu, ia juga mohon izin, “ Ibarat menggarami lautan, untuk Bapak dan Ibu yang berprofesi sebagai proofreader, dapat berbagi pada kesempatan selanjutnya. Ia mengatakan bahwa ia bukan “ proofreader professional atau editor professional”, namun, beberapa teman di group menulis memberi kesempatan untuk membaca naskah- naskah mereka lalu meminyanya untuk mengedit tulisannya. Ada beberapa judul buku yang merupaka karya penulis- penulis ternama seperti : “ Kunci Sukses Menjadi Moderator Online ( Aam Nurhasanah), Desember 2020, dan seterusnya.

Proofreading  atau kadang disebut dengan uji- baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Karena inyinya, Proofreading adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks denga cermat sebelum dipublikaskan atau dibagikan. Oleh karena itu, kegiatan ini, sesungguhnya adalah kegitan akhir setelah tulisan diselesaikan. Dalam hal ini, sangat sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: “ Tulis saja, jangan pedulikan teknis. Menurutnya, salah tidak apa- apa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah kita lakukan editing.”   

Yang sering terjadi adalah ketika “ sedang “ menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Sehingga muncul kegelisahan: nanti tulisan jelek, tidak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya. Akhirnya terjebak untuk segera memperbaiki. Hal lain( biasanya seorang blogger) ingin segera menerbitkan tulisan. Begitu selesai menulis, mungkin karena mengejar target atau ingin segera memublikasikan, langsung klik tombol kirim. Disela penjelasanny, Pak D Susanto berkelakar dengan bunda Mae, yang juga disambut sang  bunda dengan ucapan, saya santuy Pak D.

Kemudian  beliau mengatakan, bahwa yang sering terjadi adalah yang pertama, alih- alih tulisan menjadi lebih baik, malah “ nggak jadi- jadi”. Yang kedua, maksud hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya. Sayang, ya? Kata pak D Susanto. Oleh karena itu, proofreading sangat penting. Daripada kita” menyewa” proofreader, lebih baik dilakukan sendiri. Dalam proofreading, memeriksa kesalahan yang terdapat  dalam teks yang dmaksud adalah memeriksa kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.

Lalu ia menjelaskan perbedaan proofreading dengan editing. Editing menurut beliau, lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.  Jadi proofreading tidak sekedar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah logis atau tidak.

Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca tapi juga harus memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji- baca bisa diterima logika dan dipahami pembacanya. Jadi kesimpulannya adalah tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.

Selanjutnya, pemateri  bercerita tentang pengalaman menjadi proofreader dan mengedit naskah antologi peserta. Ada tulisan yang sudah bagus, uraian sesuai tema, struktur bahasanya bagus, kalimat yang digunakan  tidak terlalu panjang, tetapi terjadi kesalahan dalam meletakkan tanda koma atau tanda baca lainnya. Ada juga tulisan yang masih “ kacau” dari segi struktur, misalnya karena kalimatnya berupa kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekali tunggal, maka proofreader harus bisa memangkasnya dan menjadikannya kalimat yang mudah dipahami.

Jika diminta menjadi proofreader tulisan orang lain, ia juga bersifat netral dan menilai karya secara objektif.Langkah yang harus diambil adalah ia akan bertindak sebagai seorang “ pembaca” dan menilai apakah karya penulis sudah bisa dimengerti atau justru berbelit- belit.

Bagaimana melakukan proofreading? Selaras dengan pesan Mazmo, yaitu :

    1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit.
    2. Pemenggalan kata- kata yang merujuk ke KBBI
    3. Konsistensi nama dan ketentuan
    4. Perhatikan judul bab dan penomorannya

Jika Anda seorang bogger. Menghindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata.

Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku ( kan suka- suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan- aturan yang dicontohkan. 

Contoh sedehana proofreading:

Teks asli

Membuat cerita memang sedikit berbeda dengan cerita non fiksi. Tetapi cerita non fiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya non fiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian dan sejenisnya.

Teks Perbaikan

Membuat cerita fiksi memang sedikit berbeda dengan cerita nonfiksi. Tetapi, cerita nonfiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya nonfiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.

Dari beberapa pertanyaan peserta, saya menyimpulkan beberapa hal, yaitu antara lain: seorang proofreader tidak hanya memeriksa ejaan, tetapi kebenaran dan kelengkapan isi, ketika proofreading dilakukan bisa mengubah kalimat atau menambah karya orang lain dengan syarat menyampaikan kepada penulis asli.




Jika menggunakan jasa P-R di internet.

Pada akhirnya, Pak D Susanto, meningatkan tentang satu lagunya Bung Rhoma, kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tidak tampak. Juga teringat ketika teman- teman nonton bola  di tribun atau di televisi. Kita sebagai penulis adalah pemain bola yang menggiring bola ke gawang kadang tidak tahu di depan ada pemain yang hendak menjegal. Selanjutnya pembaca sebagai penonton di kejauhan tahu benar ke mana bola harus ditendang. Demikian pula penulis, jadi perlu orang lain untuk ikut membaca.


Untuk meringankan para editor yang ahrus dilakukan penulis sebagai bekal ketika mau mengedit tulisannya adalah “ Pahami struktur kalimat, pahami PUEBI, buka KBBI jika ragu dengan kata- kata tertentu.” Untuk memudahkan peserta dalam hal ini, maka Pak D Susanto membuat flyer agar dapat dipelajari dan diingat.








Sebelum  menutup kuliah ini, bunda Maesaroh mempersilahkan pemateri untuk menyampaikan closing statementnya.

Kita tidak mungkin menguasai segalanya, hanya orang- orang tertentu yang ditakdirkan memiliki kompetensi : penulis, proofreader, editor, sekaligus. Bebahagialah Anda yang memiliki talenta ketiganya. Namun setidaknya sebagai penulis memiliki keterampilan minimal sebagai penyunting tulisan sendiri, agar calon pembaca kita memahami apa yang kita maksudkan dalam tulisan. Terakhir beliau berkata, “ Kalimatmu jangan panjang- panjang, usahakan maksimal 20 kata saja”.

https://blogsusanto.com/kalimatmu-kepanjangan/

Akhirnya, sampai pada penghujung pertemuan, Bunda Maesaroh mengucapkan terima kasih kepada pemateri malam ini dengan ucapan semoga berkah ilmunya Pak D. Sang moderator pun mohon diri dengan permohonan maaf atas segala keterbatasan dalam memandu acara.

 

Panite, Agustus 2021

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Mana Ide Menulis Datang

Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

Menulislah Dengan Hati Yang Lepas, Karena Hati Sumber Inspirasi